Saya Bersepeda Maka Saya….

posted in: PAST EXHIBITION | 0

Saya Bersepeda Maka Saya ……

14 Juni – 2 Juli 2023

Pembukaan: Rabu 14 Juni

Mulai Jam 16.00 hingga 20.00 WIB

Di Orbital Dago

Jl. Rancakendal Luhur no: 7

Dago Atas. Bandung 40192

Pameran kali ini menampilkan garapan khusus para pesepeda maupun seniman dan alumni Seni Rupa ITB yang bersepeda. Dalam rangka hari sepeda dunia yang jatuh pada bulan Juni ini Para pesepeda ini sangat beragam mulai dari pekerja seni yang sudah lama bersepeda, pesepeda serius atau benar-benar pesepeda, juga amatiran, yang baru bersepeda (newbie) maupun yang pernah bersepeda. Karya-karya yang mereka tampilkan juga sangat beragam, mulai berbagai bentuk gubahan dari bagian komponen sepeda, eksplorasi material sepeda, drawing, lukisan dan instalasi lainnya.

Judul pameran : “Saya Bersepeda Maka Saya…..” menunjukan bagaimana bersepeda bisa dimaknai beragam oleh mereka. Bisa sebagai hobi, profesi, maupun sebagai identitas atau gaya hidup. Tetapi bersepeda juga salah satu solusi bertransportasi yang ramah bagi lingkungan, solusi yang tepat untuk mengurangi emisi gas buang yang saat ini menjadi isu utama perubahan cuaca global bahkan keadilan sosial. Maka bersepeda menjadi suatu gerakan massa yang mendunia, terutama setelah masa pandemi Covid-19. Tetapi dalam pameran ini bersepeda juga bisa mempunyai makna personal.

Merujuk pada situs WHO disebutkan bahwa sejak ditetapkan pada tahun 2018, Hari Sepeda Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 3 Juni oleh para advokat di banyak negara. Diadopsi melalui resolusi Majelis Umum PBB yang dipelopori oleh Pemerintah Turkmenistan, Hari Sepeda Sedunia mengakui “keunikan, umur panjang, dan keserbagunaan sepeda… sarana transportasi berkelanjutan yang sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan, mendorong pengelolaan lingkungan dan kesehatan .” Para pendukung mendorong penggunaan sepeda sebagai sarana pengentasan kemiskinan; memajukan pembangunan berkelanjutan; penguatan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani, untuk anak-anak dan remaja; mempromosikan kesehatan; mencegah penyakit; dan memfasilitasi inklusi sosial dan budaya perdamaian. (disadur dari :  https://www.who.int/campaigns/world-bicycle-day )

Sebagai moda transportasi yang telah berumur sekitar dua abad, sepeda sangat erat dengan tubuh manusia , maka perkembangan teknologi , sepeda selalu disesuaikan dengan geometri tubuh sesuai dengan kebutuhan manusia, mulai sebagai bentuk transportasi sederhana hingga, angkutan barang, untuk olah raga , maupun kesenangan hingga penjelajahan. Di beberapa masyarakat negara maju seperti di Eropa dan beberapa negara Asia seperti Jepang , bersepeda adalah keseharian yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat , bahkan mempunyai jalur khusus antar kota, dengan segala peraturan yang mendukungnya.

Dalam perkembangan seni rupa, terutama seni modern dan kontemporer digunakan sebagai medium untuk menyampaikan pesan, seperti karya Marcel Duchamp (1887 – 1968) , “Bicycle Wheel” (1916 -1917) , dimana ia menampilkan karya readymade berupa roda dan garpu sepeda diatas sebuah kursi dengan posisi terbalik. Duchamp merupa tokoh utama dalam seni modern Barat terutama dalam gerakan kubisme dan Dada. Kemudian yang sangat ikonik adalah karya seniman China, Ai Weiwei (1957 – ) yang berupa instalasi patung dari ratusan bahkan ribuan sepeda. Karya berjudul Forever Bicycles (2003) merupan penyimbolan dari perubahan jaman masyarakat China. Karya seni ini menyimbolkan laju perubahan sosial di Cina. Berbeda dengan keindahan dari istana klasik di abad ke-16.

“Instalasi ini menyandingkan antara masa lalu dan masa kini,” ungkapnya. Di China, sepeda sebagai gagasan dari Barat sudah dipergunakan sejak lama dan telah menjadi produksi massal manufaktur China. (Sumber: https://hot.detik.com/art/d-2610657/ribuan-roda-sepeda-dibuat-instalasi-oleh-seniman-cina. )

Di Indonesia, para seniman maestro juga ada yang menggambar sepeda, seperti pada lukisan Hendra Gunawan , “Pengantin Revolusi” (1957 ?) , yang sebagai elemen menggambarkan suasana suatu pernikahan pada era perang. Lalu lukisan S. Sudjojono “ Siip Dalam Segala Cuaca” (1980). Pematung Nyoman Nuarta pernah membuat patuh berjudul “Rush Hour”

Pada pameran ini , sepeda dan bersepeda menjadi manifestasi yang mendasari gagasan berkarya , berupa lukisan , drawing, instalasi atau objek yang merepresentasikan pengalaman diri ketika bersepeda. Beberapa menggubah sepeda dengan melukis diatas rangka sepeda dan menjadi fungsi berbeda yang didasari bentuk komponen sepeda. Hingga pencarian dan eksperimen alternative baru dengan bahan-bahan lokal untuk komponen sepeda, seperti bambu.

(Kurator : Rifky ‘Goro” Effendy)

Agus Suwage

Andre Suryaman

Binandari

Cahyadi Ibas

Dodi Hilman

Fitra Tara Mizar

Hilmi Fabeta

Indra Gunadarma

Joko Avianto

Maruto Adi

Mujahidin Nurrahman

Radhinal Indra

Restu Taufik Akbar

Rendy Rakapramudya

Rio Ardani

Roumy Handayani Pesona

Tennessee Caroline (Feat. Rifky Goro)

Setiyoko Hadisutanto

Singgih Susilo Kartono

Yoso Hartono

E-katalog

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *