Saya Bersepeda Maka Saya…Bike – Bike
Andreas Camelia
Awan Simatupang
Budi Adi Nugroho
Dewi Aditia
Eddi Prabandono
Gabriel Aries Setiadi
Handiwirman Saputra
Iwan Effendi (Papeyo)
Joko Avianto
Joni Ramlan
Rudi Hermawan
Sari Asih
Satrio Yudho
Tita Larasati
Unclejoy
Wilman Hermana
Wiyoga Muhardanto
Yuli Prayitno
Pameran “Saya Bersepeda Maka Saya..Bike-Bike” merupakan pameran yang diadakan secara berkala oleh Gowesr di Orbital Dago, sejak pertama diselenggaran pada tahun 2023 lalu . Edisi pameran kedua ini diikuti tidak hanya oleh para alumni seni rupa ITB , tetapi juga seniman non lulusan Fsrd-ITB. Mereka adalah seniman dari Yogya, Jakarta, Bali hingga Mojokerto selain Bandung. Sedari awal pameran “ Saya Bersepeda Maka Saya..” bertujuan untuk menunjukan bagaimana bersepeda bisa dimaknai beragam oleh para seniman maupun masyarakat. Bisa sebagai hobi, profesi/ atlit, maupun sebagai identitas atau gaya hidup dan sebagai gagasan berkarya. Bersepeda salah satu solusi bertransportasi yang ramah bagi lingkungan, solusi untuk mengurangi emisi gas buang yang saat ini menjadi isu utama perubahan cuaca global bahkan keadilan sosial.
Judul “ Saya Bersepeda Maka Saya…” , meminjam frase filsuf Rene Descartes; “ Saya berpikir maka saya ada” yang menandai eksistensi individu manusia dalam zaman modern. Sepeda, kendaraan hasil penemuan manusia modern seperti mewakili perspektif atau bagaimana manusia modern memandang dunia. Salah satunya nilai kebebasan individu dalam mengendalikan arah tujuan yang mengendarainya atau menentukan kehidupan.
“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving.” . Albert Einstein.
Kutipan abadi dari Einstein ini mengingatkan kita bahwa keseimbangan dalam hidup membutuhkan gerakan maju. Dalam bersepeda, seperti dalam hidup, diam terlalu lama dapat menyebabkan ketidakstabilan. Bagi pesepeda, ini berarti bukan hanya keseimbangan fisik tetapi juga ketahanan mental untuk terus mengayuh melewati tantangan. Baik saat Anda menghadapi tanjakan curam atau hari yang sulit, kutipan ini mendorong ketekunan dan kemampuan beradaptasi. Tambahan kata “Bike-Bike” ( bike – dari bahasa inggris sepeda atau bisa juga motor roda dua) merupakan pelesetan atau candaan dari “ baik-baik” yang sering diungkapkan atau dituliskan para pesepeda atau pengendara motor di media sosial dalam beberapa waktu terakhir.
“ Baik-baik” sering muncul sebagai suatu frase dari situasi : baik secara individu maupun kondisi masyarakat kepada sesuatu pada saat tertentu. Pada akhir-akhir ini sering tersebar frase “ tidak baik-baik” dalam bentuk hashtag, caption maupun teks body feed postingan sosmed yang terkait kondisi sosial – ekonomi di Indonesia. Pameran “ Saya Bersepeda Maka Saya..Bike-Bike” bisa juga mewakili aktifitas bersepeda tetap berjalan ditengah merosot tajam pasar penjualan sepeda yang dahulu sempat melonjak , terutama di era-pandemi, serta semakin sedikit orang yang bersepeda karena berbagai alasan seperti kesibukan pekerjaan, jalanan ramai/macet atau beralih ke olah-raga lain.
Mengutip berita dari Kontan.id : Bersepeda sempat menjadi tren aktivitas yang digandrungi oleh masyarakat ketika awal pandemi Covid-19 lalu. Namun, tren ini mulai memudar hingga membuat kinerja pasar sepeda di Indonesia lesu dalam beberapa tahun terakhir. Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo mengatakan, penjualan sepeda nasional turun drastis sejak 2020 sampai 2024, terutama hingga momen Pemilu, yakni sekitar 60%-70%. Beberapa toko sepeda di Bandung harus gulung tikar sejak akhir tahun lalu.
Tetapi bagaimanapun bagi sedikit orang, bersepeda masih punya tempat dan tetap berjalan, bahkan berbagai event berkala seperti Salasa Kahiji di Bandung, atau event yang lebih nasional seperti Audax dibeberapa kota di Jawa, Bentang Jawa, Bromo Kom di Jawa Timur masih mendapat antusias para pesepeda. Belum lagi para kelompok-kelompok kecil seperti komunitas-komunitas dan individu yang masih senang menantang diri atau hanya untuk berekreasi.
“Bicycles may change, but cycling is timeless.” – Zapata Espinoza
Bersepeda adalah tradisi yang melampaui generasi. Dari rangka besi baja yang antik hingga sepeda serat karbon, kegiatan bersepeda tetap menjadi kesenangan yang tak lekang oleh waktu. Kutipan (Zap) Espinoza yang merupakan seorang editor majalah Mountain Bike Action and Road Bike Action dari California, mengingatkan kita bahwa meskipun teknologi terus berkembang, inti dari bersepeda – kebebasan, petualangan, dan keterhubungan – tetap tidak berubah. Keabadian ini membuat bersepeda menjadi gairah bagi jutaan orang di seluruh dunia.Pameran “ Saya Bersepeda Maka Saya..Bike-Bike” bertujuan memberikan makna lebih kultural kepada dunia bersepeda, melalui bentuk dan gagasan karya seni maupun berbagai bentuk gubahan artistik menyangkut sepeda maupun elemen-elemennya. Baik secara simbolik maupun menjadi permainan tanda-tanda. (Rifky ‘Goro” Effendy, Kurator)
E-Katalog