IN SIGHT – Nowadays Painting

posted in: PAST EXHIBITION | 0
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

IN SIGHT – Nowadays Painting

Mei 22 – Juni 20  2018

Pembukaan : 22 Mei jam 17.00 – buka puasa.

Dibuka oleh Willy Himawan (Pelukis dan Dosen Seni Lukis FSRD-ITB)

 

Bagian 1 (22 Juni – 6 Juni)

-Adytria Negara

-Dewi Fortuna Maharani

-Fildza Nurulia Shabrina

-Prajna Deviandra Wirata

-Vienasty Rezqina

 

Bagian 2 (2 : 8 – 20 Juni)

-Camilla Astari

-Deka Dermawan

-Dina Kurniawati

-Galih Adika Paripurna

 

Kurator: Rizki A. Zaelani

Kuratorial

 

“Specific kinds of contemporaneity have been present since the dawn of human consciousness.

Each need to be identified to its time and place”.

—Terry Smith, “Thinking Contemporary Curating” (2012)

 

Presentasi pameran ini adalah kumpulan karya-karya yang dikerjakan para pelukis muda Bandung sesaat dengan pengalaman belajar mereka di Prodi Seni Rupa (Seni Lukis) FSRD ITB. Tidak benar jika dikatakan karya-karya ini adalah hasil arahan para dosen yang membimbing selama mereka berkerja; tapi juga tidak adil jika disebut karya-karya ini adalah hasil kemauan mereka seluruhnya. Yang tepat, para pelukis muda ini telah berhasil ‘menantang’ para pembimbing mereka untuk bertukar pendapat di seputar minat yang mereka perjuangkan masing-masing. Presentasi pameran ini akan terbagi menjadi dua bagian, menimbang jumlah karya serta mengingat kapasitas ruang yang memungkinkan, sehingga bisa jadi kesempatan apresiasi seni yang layak dan tetap menyenangkan. Menerima hasil seni memang bukan perkara yang biasa-biasa. Mesti sering jadi rasa senang, soal seni adalah juga urusan ‘memaksudkan’ (intention). Setiap karya seni rupa (termasuk lukisan) meski berwujud fisik, pada dasarnya tetap adalah soal ‘memaksudkan sesuatu’; bukan hanya maksud dari si pelukis saja tapi juga menggapai maksud atau intensi yang muncul dari pihak yang berhasil menikmatinya (Wollheim, 1973:112).

 

Judul “IN SIGHT – Nowadays Painting,” ditetapkan kemudian, setelah lukisan-lukisan ini tuntas dikerjakan. Meski berkesan ambisius, judul ini setidaknya berusaha memberikan kenangan pada para pelukis muda ini untuk terus mengenang dan mengembangkan pengalaman berkarya yang telah mereka raih selama ini. Selama itu pula mereka terlibat dalam diskusi mengenai peran dan posisi seni lukis dalam pangalaman hidup ‘pada waktu kini’ (nowadays), membahas pengaruh situasi ‘ke-kini-an’ (contemporary) hingga mereka kenal diskusi tentang perkara tumbuhnya seni rupa kontemporer (contemporary art), dan meraih wawasan pemahaman mengenai nilai-nilai hidup dari ‘ke-se-jaman kini-an’ (contemporaneity). Mungkin tak umum membicarakan ihwal soal perkembangan ‘seni lukis kontemporer’ (contemporary painting)—meski bukan berarti tidak pernah ada; tapi, menempatkan praktek dan makna seni lukis (lukisan) dalam pengalaman seni di era ‘ke-se-jaman kini-an’ adalah pokok perkara yang tak terhindarkan.

 

Pamaknaan tentang ‘ke-kini-an’ (the contemporary) memang secara simultan mengandung penjelasan yang besifat saling berlawanan. Pada satu sisi, istilah itu menerima seluruh pengertian tentang sifat kemutakhiran, yang seakan menelan seluruh kemungkinan yang akan bisa muncul dari ‘masa depan’; tapi disaat yang sama juga berusaha untuk menghasilkan hubungan-hubungan pemaknaan yang bersifat jamak bagi seluruh capaian apapun yang memberi sifat kemutakhiran tersebut (Smith, 2012:142). Pendek kata, seni lukis yang mutahir adalah hasil pencapaian nilai-nilai ‘ke-baru-an’ dari suatu ekspresi seni lukis yang pada dasarnya akan terus memperbaharui nilai-nilai ‘ke-baru-an’ tersebut dalam relasi pamaknaan yang bersifat terbuka. Memamerkan persoalan ekspresi seni yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup dengan sifat ‘ke-se-jaman kini-an’ (contemporaneity) memang mengandung tantangan. Pada satu sisi adalah usaha untuk bisa meraih hasil-hasil kemajuan dari kebiasaan yang telah dipraktekkan sebelumnya (misalnya: soal kecenderungan abstraksi bentuk, kecenderungan yang bersifat ekspresif, atau realistik) menjadi cara-cara artikulasi yang ‘baru’ (up to date) serta relevan; di sisi lain, juga selalu terbuka pada kompleksitas keadaan yang menunjukkan bahwa ‘masa kini’ (the present) —atau ‘pada waktu kini’ (nowadays)— pada dasarnya adalah hasil dari ‘peleburan jenuh’ (saturasi) berbagai perkara masa lalu, baik berupa kenangan-kenangan maupun berbagai harapan (memories and expectations) (Smith, 2012:144). Hubungan pada kompleksitas hasil-hasil saturasi pengalaman hidup semacam itu lah yang menjadikan pengalaman seni di era ‘ke-se-jaman kini-an’ menjadi penting dan bermakna—lebih dari sekedar rumusan tentang kecenderungan pendapat atau ‘gaya seni.’

 

Pengalaman seni (termasuk melalui lukisan) bisa mengantarkan seseorang untuk menemukan nilai ‘ke-se-jaman kini-an’ yang spesfik serta relevan terhadap intensi potensial yang dimilikinya. Lukisan-lukisan yang dipamerkan di sini, tentu saja, dikerjakan melalui proses melelahkan demi menemukan intensi dan alasan-alasan yang relevan serta ‘masuk akal’. Seluruhnya itu, kini tertanam dalam ruang pengalaman dan kesadaran para pelukis muda ini. Hasil kerja keras mereka yang ditunjukkan kini (sebagian besar ditunjukkan melalui layar) hanyalah kemungkinan-kemungkinan interaksi yang bisa ditampilkan melalui karya lukisan. Judul ‘in sight,’ memang punya maksud, karena menghadapi perkara lukisan bukan hanya soal memandang tapi juga perkara penunjukkan pemahaman (memaksudkan). Seorang pelukis yang juga cakap menulis, mengatakannya seperti ini, bahwa lukisan adalah “sebuah penandaan pada suatu bidang yang dilakukan untuk merepresentasikan [tentang] segala yang bisa dilihat . . . lukisan merepresentasikan kepada kita melalui suatu penglihatan tentang segala hal yang mungkin akan kita lihat justru sebaliknya” (Bell, 1999:25), Sebuah lukisan, dengan demikian, tak hanya berisi pikiran atau gagasan yang dimaksudkan tetapi juga seluruh maksud-maksud yang telah melebur dalam pengalaman hidup. Kesadaran hidup tersebut mesti mendapatkan makna pada tempat dan waktunya secara khas dan khusus.

 

Bandung, Mei 2018

Rizki A. Zaelani

 

PUSTAKA

Bell, Julian (1999), What is Painting? Representation and Modern Art, London: Thames and Hudson.

Smith, Terry, (2012), Thinking Contemporary Curating, New York: International Curators International.

Wollheim, Richard, (1973) “The Work of Art as Object”, dalam On Art and the Mind,

Cambridge – Massachusetts: Havard University Press.

 

BIODATA SENIMAN

(part 1: 22 Mei – 6 Juni)

 

-Adytria Negara

-Dewi Fortuna Maharani

-Fildza Nurulia Shabrina

-Prajna Deviandra Wirata

-Vienasty Rezqina

Adytria Negara

Lahir pada tahun 1995, Jakarta, DKI Jakarta. Saat ini tinggal dan bekerja di Bandung, Jawa Barat.

Tergores dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan seni lukis, Adyt (kependekan dari Adytria), memilih benda-benda harian sebagai subjek lukisannya. Adyt bersemangat dalam lukisan still life dibandingkan dengan lukisan potret atau lanskap. Selain ketertarikannya pada benda-benda sehari-hari, Adyt sering membahas masalah lukisan itu sendiri. Misalnya, keterbatasan media dalam lukisan, penggunaan tekstur dan tekstur imitasi, trompe l’oeil, subjek simbolik, hingga nilai artistik yang terkandung dalam dua kutub biner antinomy lukisan; lukisan realistis dan abstrak.

 

Dewi Fortuna Maharani

Lahir pada tahun 1995, Jakarta, DKI Jakarta. Saat ini tinggal dan bekerja di Bandung, Jawa Barat.

Latar Belakang Pendidikan :

Institut Teknologi Bandung (ITB). 2018

2018 – “Start.Link.Point” Pameran Seni Kolektif, Kolekt, Bandung (Indonesia)

2017 – “Tanpa Busana” Pameran Fotografi Kolektif, Garage Room, Bandung (Indonesia)

2016 – “Duduk + Manis” Pameran Seni Kolektif, Galeri Yuliansyah Akbar, Bandung (Indonesia) – “Konfigurasi 1.0” Pameran Seni Kolektif, Lawangwangi Creative Space, Bandung (Indonesia)

2015 – “Mamang Bingung Mang?” Pameran Seni Kolektif, Gedung FSRD ITB, Bandung (Indonesia)

 

Fildza Nurulia Shabrina

Lahir pada tahun 1995, Jakarta, DKI Jakarta. Saat ini tinggal dan bekerja di Bandung, Jawa Barat.

Latar Belakang Pendidikan : Institut Teknologi Bandung (ITB)

Pameran 2017 – “Tanpa Busana” Collective Photography Exhibition, Garage Room, Bandung (Indonesia).

2016 – “Duduk + Manis” Pameran Seni Kolektif, Yuliansyah Akbar Gallery, Bandung (Indonesia) – “Konfigurasi 1.0” Collective Art Exhibition, Lawangwangi Creative Space, Bandung (Indonesia)

2015 – “Mamang Bingung Mang?” Pameran Seni Kolektif, Gedung FSRD ITB, Bandung (Indonesia) – “Point of Departure” Pameran Fotografi Kolektif, Galeri Maranatha, Bandung (Indonesia) – “Young Asean Eyes+” Pameran Fotografi Kolektif, Chiang Mai Photo Festival, Chiang Mai University (Thailand)

2014 – “Paperium 4, Fiber to Paper”, Museum Textile, Jakarta (Indonesia) – “Koma Tiga Titik”, TPB FSRD 2013, Aula Timur ITB, Bandung (Indonesia)

2011 – “Expression, The Things Around Us”, S28, Bandung (Indonesia)

2010 – “Photo Speak, Kids and Imagination

 

Prajna Deviandra Wirata

Lahir pada tahun 1992, Jakarta, DKI. Saat ini tinggal dan bekerja di Bogor, West Java. 

Prajna Deviandra Wirata adalah seorang pelukis asal Bali yang saat ini berbasis di Bandung dan di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Di awal periode studinya, Prajna menemukan ketertarikan pada gaya dan teknik melukis realis. Ketertarikan Prajna pada teknik tersebut dipengaruhi oleh seniman asal Belanda yang menetap di Bali bernama Nico Vrielink. Nico membimbing Prajna mengembangkan teknik realis dalam melukis, yang terus dikembangkan hingga saat ini. Pada tahun 2011 Prajna meninggalkan Bali dan menetap di Bogor bersama kakak dan adiknya dibawah naungan budayawan / musisi Idang Rasjidi. Beliau memberi pendidikan mengenai filosofi kehidupan dan konsep-konsep berkesenian yang kemudian Prajna implementasikan dalam lukisannya. Karya – karya yang ia ciptakan tidak pernah jauh dari pengalaman perjalan pengkajian diri dan perjalanan keimanan yang diekspresikan dalam lukisan – lukisannya. Proses berkarya dengan pendekatan seni lukis representasional mendorong kesadaran Prajna untuk memaknai pengalaman berkesenian sekaligus pemahaman tentang diri. Daya tariknya terhadap hal tersebut kerap digambarkan dalam bentuk figur dan potret manusia yang dilukiskan dengan nuansa spektrum warna melalui metode dan teknik pencahayaan chiaroscuro.

 

Vienasty Rezqina

Lahir pada tahun 1994, Bandung, Jawa Barat. Saat ini tinggal dan bekerja di Bandung, Jawa Barat. Karya awalnya terutama berfokus pada objek biasa yang dapat menghadirkan makna yang lebih dalam. Seiring berjalannya waktu, Veinasti menemukan stereotip dan nilai budaya dalam gambar, kadang-kadang diambil dan digunakan pada platform media sosial. Dia juga mengeksplorasi kemungkinan layar elektronik menjadi kenyataan baru, mengingat sekarang orang sangat fokus pada gadget mereka. Ketertarikan artis pada subjek tersebut membuat kemungkinan baru dalam latihan melukis.

**

 

Bagian 2 (8 – 20 Juni)

-Camilla Astari

-Deka Dermawan

-Dina Kurniawati

-Galih Adika Paripurna

 

 

 

Biodata

Anissa Demawan .K.

Lahir di Bandung, 9 November 1994
Pendidikan: S1 Prodi Seni Rupa, studio Dwimatra Seni Lukis Institut Teknologi Bandung.

Pameran:
2015 Pameran Angkatan 2013 “Konfgurasi”, di Lawang Wangi. Terminasi pengembangan pameran “Mamang Bingung Mang”.

2016 Pameran Instalasi “Duduk Manis”. Pameran Mata Kuliah Publikasi Karya mengangkat afiliasi antara perempuan dan instalasi. Dikuratori oleh Sarah Soeprapto S.Sn . Karya berupa Instalasi dari hasil akhir seniman mengolah gagasan kursi secara eksploratif. Mata kuliah dibimbing oleh Dr. Andryanto Rikrik Kusmara M.Sn dan Avia Andari S.Sn

Pameran tugas akhir semester mata kuliah Seni Eksperimental berupa 3 karya Fotografi hitam putih , 80x 100 cm berjudul “I___in my Calvin “ mengangkat male gaze dan konsumerisme.

 

Camilla Astari.

Lahir di Jakarta, 5 April 1995.

Pendidikan: Painting Major, Fine Arts Graduate, Faculty of Art and Design, Bandung Institute of  Technology 2018

Pameran:

Koma Tiga Titik Group Exhibition, 1 June 2014. Bandung Institute of Technology

Paperium 4: Fiber To Paper, 5-18 December 2014. Museum Textile Jakarta

Distopia Group Exhibition, 25 November 2016. Titik Temu Space, Bandung

 

Dina Kurniawati,

Lahir di Jakarta, 3 september 1995.

Pendidikan :

2017 S1 Prodi Seni Rupa, Studio Dwimatra seni lukis InstitutTeknologi Bandung

PAMERAN :

– 2016 Pameran karya hasil workshop yang di pamerkan beserta pada acara seminar “Wacana Kreasi” mata kuliah publikasi karya dibimbing oleh Dr. Andryanto Rikrik Kusmara M.Sn dan Avia Andari S.Sn

– 2016 Pameran tugas akhir mata kuliah Seni Eksperimental, Karya terbuat dari batang pisang yang dibungkus kain katun putih menyerupai jenazah yang berjudul “untitled”

 

Galih Adika P.

Lahir di Serang, Banten – Indonesia 1994. Lulus dari ITB dalam studio seni lukis pada tahun 2018. Galih memiliki ketertarikan untuk mengeksplorasi berbagai media dalam tiap karyanya. Beberapa karya terakhir, galih tertarik untuk menjelajahi tema-tema tentang pengalaman, seperti pada seri karya “White Square” yang membawa gagasan tentang pengalaman menubuh ketika berhadapan dengan karya seni. Saat ini Galih sedang menjelajahi gagasan tentang bagaimana subjek dan objek memiliki relasi atau pertalian dalam membentuk sebuah pengalaman.

Pendidikan Formal

2012 – 2013: Institut Teknologi Nasional ( ITENAS ) Fakultas Seni Rupa dan Desain. Jurusan Desain Komunikasi Visual

2013 – 2018: Institut Teknologi Bandung ( ITB ) Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Studi Seni Rupa, Studio Dua Dimensi (Seni Lukis) .

Penghargaan:

Finalis Himasra Art Awards 2016, Honorable Mention Jakarta 32°Art Award 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *