DILEMA IKARIAN

Pameran Tunggal Alexander Chris

Dalam mitologi Yunani, Ikarus adalah putera Daedalus, seorang pengrajin, pematung, dan arsitek. Daedalus membuat labirin untuk Raja Minos dari Kreta. Labirin itu dirancang untuk memenjarakan Minotaur, makhluk yang ditakuti. Namun Raja Minos akhirnya memenjarakan Daedalus dan Ikarus di labirin itu juga. Daedalus tahu, satu-satunya cara untuk melarikan diri hanyalah dengan terbang. Ia lalu memanfaatkan lilin untuk merakit bulu burung, menjadi sayap. Daedalus dan Ikarus berhasil terbang melarikan diri dari labirin maut itu. 

Sebelum terbang, Daedalus mengingatkan puteranya: jangan terbang terlalu dekat ke matahari, karena panas matahari dapat melelehkan lilin perekat; jangan pula terbang terlalu dekat ke laut karena air dapat membasahi sayap. Saat terbang, Ikarus khilaf. Ia terus terbang tinggi, mendekati matahari. Lilin di sayapnya meleleh, bulu-bulunya berjatuhan. Ikarus pun jatuh, terhujam ke laut dalam.

Tafsir umum atas watak Ikarus adalah, sosok yang ambisius. Ia terbang tinggi sekali hingga ketinggian itu akhirnya malah menjatuhkannya. Namun, ada juga yang menggarisbawahi, peringatan dari Daedalus pada Ikarus sebenarnya 2 arah: jangan terbang terlalu tinggi, jangan juga terbang terlalu rendah. Terbang terlalu rendah lebih berbahaya, karena terkesan aman, padahal bulu yang basah sama-sama dapat mengakibatkan kejatuhan.

Alexander Chris kali ini menampilkan karya lukisan dan patung, yang semuanya bertolak dari tokoh Ikarus. Inspirasi dari kisah Ikarus, saking menyebarnya, bahkan diserap menjadi kata sifat “ikarian” (berwatak seperti Ikarus). Lukisan-lukisan Chris menggambarkan potret sejumlah orang yang semuanya dikenal pribadi oleh Chris. Chris melukis potret mereka, karena tertarik pada kisah hidupnya. Menurut Chris, masing-masing orang itu punya ambisi, namun karena sejumlah alasan, orang-orang itu mengesampingkan ambisinya. Orang-orang yang digambarkan Chris adalah orang biasa—karena memang kebanyakan orang tidak mewujudkan ambisinya. 

Chris menampilkan pula karya patung yang merupakan tafsir personalnya atas sosok Ikarus. Patung manusia bersayap yang tergeletak, seperti terjatuh di ketinggian. Tidak ada adegan terbang, hanya ada sayap yang menunjukan bahwa sosok itu pernahterbang. 

Peradaban modern memuja kemajuan. Tokoh-tokoh yang ditemui Chris adalah orang-orang yang juga punya ambisi. Lalu kenyataan hidup membuat orang-orang itu berpikir ulang tentang ambisinya. Bukan menyerah; sama sekali bukan. Ini soal cara. Peradaban modern yang dekaden membuat kebanyakan orang selalu ada pada level “bertahan hidup”. Ambisi, seperti matahari yang ada di atas sana. Ia menyinari, menghangatkan, tapi janganlah mendekatinya, karena Anda kemudian akan jatuh, seperti Ikarus. Apakah ini sesuatu yang dilematis?          

(Heru Hikayat)

Public Sculpture by Kaoru Sasahara

High Break <dari Seri Super Chair>

Pameran ini menampilkan pertunjukan di mana orang-orang duduk dan berkumpul di atas Seri Kursi Super karya Kaoru Sasahara, terlibat dalam suatu bentuk interaksi sosial yang lebih tinggi. 

Lahir di Tokyo, Jepang pada tahun 1997, Sasahara menciptakan patung dengan mengubah bentuk benda-benda sehari-hari yang familiar dan menghilangkan fungsi aslinya. Melalui proses ini, ia menawarkan kepada para pengunjung sebuah interpretasi ulang atas struktur spasial dan lingkungan. Ciri khasnya: “Seri Kursi Super”, terdiri dari meja dan kursi dengan kaki yang sangat panjang, sehingga secara fisik mustahil untuk diduduki.

E-katalog