SERAP TAMPAK TAPAK
Pameran tunggal Daniel Nugraha
Catatan Seniman:
Suatu kegiatan masyarakat urban yang telah menjadi gaya hidup di suatu kota, akan segera menyebar secara internasional layaknya kegiatan sosial masyarakat urban yang terus berlangsung seiring kemajuan teknologi yang ada. Di Indonesia saat ini aktivitas sketsa telah menjadi sebuah gerakan yang kembali mengaktifkan sketsa Indonesia dan memperoleh posisi baru dalam pemetaan dunia seni rupa Indonesia. Fenomena besar dan penting terjadi yang menunjukkan semakin banyak orang yang merasa menjadi bagian dari sketsa. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana hal ini dapat terjadi sedemikian luas dan cepat?
Seluruh komunitas sketsa urban internasional memiliki sifat yang sangat egaliter dan terbuka. Seorang peserta baru akan disambut gembira layaknya teman satu minat dan masing-masing gaya sketsa diterima dengan terbuka untuk diapresiasi, banyaknya gaya sketsa justru makin memperkaya keragaman dunia sketsa urban ini. Saat sketsa bareng seorang pemula bisa langsung membonceng belajar di belakang seorang sketser terkenal sambil belajar melihat langsung step by step proses berkaryanya. Pada sesi presentasi yang biasanya diadakan sesudah sketsa bareng, setiap orang bisa bertanya dan akan mendapat jawaban untuk segala sesuatu yang berkenaan dengan sketsa. Hal ini sesuai dengan lifestyle kaum urban yang menyukai nuansa yang “santai tapi serius”.
Di Indonesia sendiri berbagai komunitas sketsa tumbuh di banyak kota di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Ujung Pandang, Ambon, Makassar, dan lain-lain yang masing-masing memiliki grup WhatsApp, Facebook dan Instagram. Dengan mengajak teman dan follower untuk turut serta menjadi sketser, makin banyaklah peserta yang mengikuti kegiatan sketsa urban ini. Melalui media sosial kehadiran seorang sketser ke satu kota akan dikabarkan sehingga sketser dari kota yang disinggahi akan menyambutnya dengan mengadakan acara sketsa bareng bersama komunitas sketsa yang ada di kota tersebut. Hal ini terjadi bahkan hingga ke luar negeri. Workshop dan seminar baik tingkat nasional maupun internasional seringkali diadakan dengan dukungan banyak sponsor seperti tempat wisata hotel dan cafe, merek alat sketsa, maskapai penerbangan, dan lainnya.
Melalui karya sketsa dan drawing penikmat karya seolah diajak ikut hadir pada suatu tempat di suatu masa, terlebih untuk mereka yang pernah ke sana, seolah memutar memori mengundang nostalgi yang pernah hadir. Menghadiri pameran ini, maka Anda diajak untuk mengikuti storytelling yang ada di dalam karya-karya tersebut. Di dalamnya kita akan bertemu dengan alam, tempat, cerita, dan banyak perasaan yang menyertainya. Tercatat dalam garis dan warna perasaan nostalgi dan keakraban yang menyelimuti kala mengunjungi tempat-tempat tersebut seakan ingin mengajak penikmat karya untuk juga ikut merasakannya.
Membagikan cerita dan pengalaman melalui karya, sepulang travelling tidak hanya membawa foto-foto, tetapi juga membawa karya dalam bentuk sketsa dan drawing. Karya-karya tersebut adalah catatan perjalanan ke banyak tempat, beberapa dilakukan secara on the spot dan beberapa difinishing atau digambar ulang di studio serta dituangkan lewat berbagai ukuran karya. Tetapi semuanya adalah representasi kehadiran di lokasi. Passion menggambar secara manual dan langsung menggunakan media-media yang mudah untuk dibawa saat bepergian seperti pensil, cat air atau tinta, menggunakan kertas khusus yang memiliki ketebalan nyaman untuk drawing baik hitam putih maupun pewarnaan dan berkarya secara langsung di publik area seringkali memberikan cerita-cerita menarik bersama orang-orang di sekitarnya. Komentar dan tanya, begitu juga keterbatasan waktu berubahnya cuaca selalu mempengaruhi hasil karya, pengalaman tak terduga ini adalah sesuatu yang menyenangkan dan membuat selalu ingin mengulanginya. Karya dalam berbagai gaya dan media bisa membawa makna sebagai catatan anak jaman pada masanya, tetapi juga bisa dibawa ringan sebagai karya rekreasi garis dan warna saat berwisata.
Diharapkan dengan kegiatan tersebut para peserta sketsa menjadi terbiasa dan memiliki kepekaan untuk melihat setiap obyek keseharian mereka dengan sudut pandang seni dan mampu untuk menuangkannya dalam bentuk karya sketsa. Selanjutnya dengan sendirinya mereka tumbuh dari tadinya menjadi pecinta seni atau penikmat seni dapat memperoleh wawasan serta pengetahuan yang cukup untuk berani mencoba menjadi pelaku seni melalui sketsa, karena fungsi sketsa antara lain adalah salah satu tahapan seni untuk melangkah ke tahapan seni berikutnya, baik patung, lukisan, keramik, seni grafis, kriya, desain atau bidang lainnya selain dapat pula menjadi karya mandiri.
Analoginya sketsa dapat digambarkan seperti cabang olah raga atletik yang merupakan “ibu” dari segala cabang olah raga yang ada, dengan atletik maka seseorang akan mempelajari gerakan yang nantinya dapat dikembangkan ke cabang olah raga lain yang lebih kompleks, selain dapat pula terus mendalami atletik sebagai pilihan. Jika pada atletik diajarkan berlari, melompat, melempar maka dalam sketsa diajarkan garis, warna, dan komposisi. Walau analogi ini jauh dari sempurna, tetapi sebagai contoh penyederhanaan mungkin dapat digunakan.
Dalam setiap kesempatan pertemuan selalu terdapat hal yang baru untuk dibahas seperti persoalan perspektif misalnya dimana titik hilang adalah suatu panduan dasar untuk menilai kebenaran susunan obyek gambar, tetapi hal tersebut sebatas sebagai saran yang disampaikan secara ringan dan seringkali disampaikan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan sesuatu hal yang bersifat menghakimi dan harus mutlak dipatuhi. Seringkali pengabaian perspektif ini justru memberikan suatu pendekatan yang berbeda dan pilihan yang khas, seperti bentuk susunan obyek penampang ke atas yang terlihat semuanya dibanding bentuk depan belakang yang saling menumpuk dan menutupi. Ada juga pilihan gaya naif atau kartun yang tentunya memang sengaja menginterpretasikan obyek yang dilihat diolah menjadi hasil karya sketsa dengan pendekatan eksekusi yang personal. Intinya perbedaan dalam karya justru diterima sebagai kekayaan dalam sketsa.
Prinsip menggambar manual yang rentan dengan kesalahan dan keterbatasan untuk menampilkan kesempurnaan visual layaknya foto, juga dianggap sebagai suatu kelebihan dari proses sketsa, karenanya kebiasaan menghapus garis jarang sekali dilakukan, kesalahan yang terjadi dianggap sebagai bagian dari proses karya dan proses belajar yang pada masanya menyimpan catatan perkembangan karya dari seorang sketser. Hal ini dapat menjadi ciri khas masing-masing pribadi dan menambah nilai human pada karya di tengah gejolak teknologi gambar digital yang serba sempurna dan penuh berbagai bantuan tool untuk mencapainya. Menarik garis bukan lagi dianggap bagai meditasi kesempurnaan, tetapi bagian dari rekreasi dengan unsur fun yang menonjol.
Di samping itu, tahapan observasi mendalami bentuk dari proporsi dan kelengkapan elemen pembentuknya yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mendalam sebelum menarik garis pertama dan menentukan sudut pandang seringkali ditinggalkan, seorang sketser dapat menarik garis sambil mempelajari anatomi dari obyek yang digambar, unsur dadakan juga terjadi saat pengambilan waktu saat yang tepat untuk membuat sketsa, jika pada masa lalu ditunggu sinar matahari terbaik yang menerpa obyek pada suatu saat terbaik, maka sekarang tidak lagi. Para sketser bagaikan memakai istilah “saya datang, saya membuat sketsa, saya berkarya”. Tidak perlu banyak pertimbangan yang merepotkan dan memerlukan unsur dramatisasi. Kejujuran dan mencatat dalam garis dan warna kenyataan apa adanya adalah hal yang diutamakan, dan justru dianggap memiliki kekayaan visual tak terbatas.
Kita melihat bagaimana sketsa dan drawing kini sering didengar di kalangan non akademis, yakni dikerjakan oleh warga (urban) yang menggemari kegiatan menggambar sketsa dengan cara sendiri maupun berkelompok, maka kita sedang melihat sebuah seni sketsa yang berkembang mengemas dirinya secara hybrid, ia melepaskan diri dari kuasa akademis yang cenderung definitif.
Sketsa sendiri saat ini sudah mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat terlihat dari banyaknya komunitas sketsa yang acaranya selalui ramai diikuti, biasanya terdiri dari sketsa bareng, workshop dan pameran bersama. Hasil karya sketsapun sudah banyak yang dikoleksi baik berbentuk karya sketsa satuan maupun dalam bentuk sketchbook. Komodifikasi dalam berbagai bentuk juga banyak ditemukan misalnya mural, fashion, dekorasi rumah, pernak-pernik dan merchandise. Di lain pihak penetapan tiga kurator pada pameran sketsa yang terdiri dari akademisi dan praktisi sketsa, kurator dan penulis seni senior, serta kurator in house Galeri Nasional Indonesia telah memperkuat sketsa sebagai karya seni yang dapat berdiri sendiri dan siap diapresiasi, tidak lagi hanya menjadi bagian tahapan dari proses berkarya seni atau desain
Daniel Nugraha studi di FSRD – ITB tahun 1987, lulusan Desain Grafis , dan kemudian melanjutkan studi Pengkajian, Sekolah Pascasarjana di Institut Kesenian Jakarta tahun 2019. Kegemarannya akan drawing dan travelling membawanya pada pengalaman berkarya saat berwisata. Beberapa kota dihadirkan dalam karya-karyanya. Saat ini menjabat sebagai Pendamping KamiSketsa GalNas di Galeri Nasional Indonesia dan aktif di komunitas sketsa urban dan komunitas lukis cat air serta telah mengikuti berbagai pameran bersama di Galeri Nasional Indonesia, Bentara Budaya Jakarta, Solo dan Bali, Galeri Cipta TIM, Kedutaan Besar Belanda, di berbagai mall dan galeri-galeri lainnya.
Pameran Tunggal Serap Tampak Tapak ini adalah pameran travelling diary perjalanan dalam bentuk karya sketsa dan drawing beragam gaya, media dan ukuran yang menjadi sebuah catatan akan destinasi wisata budaya dengan keragaman dan kekayaan yang menjadi kekuatan bangsa kita sejak lama yang terus terpelihara, melihatnya akan menyadarkan banyak dari tempat tersebut yang sudah berubah baik cerita maupun keadaannya sehingga dengan menikmati pameran ini kita dapat menyerap sebuah jejak yang pernah tampak pada suatu masa. (Daniel Nugraha, Oktober 2021)
E-Katalog:
Tinggalkan Balasan